Senin, 19 Januari 2015

dampak akibat industri

Pencemaran lingkungan pabrik

Lingkungan adalah hal yang paling penting didalam kehidupan setiap mahluk dibumi. Bumi itu memberikan begitu manfaat bagi  mahluk hidup khususnya manusia kita hidup membutuhkan air, air adalah salah satu contoh manfaat dari sumber daya dari bumi maka dari itu kita harus menjaga lingkungan agar tetap asri dan bermanfaat untuk keturunan selanjutnya.
Di dunia ini manusia pasti membutuhkan sumber daya untuk kehidupanya sehingga manusia dengan secara tidak langsung mngambil sumber daya alam yang ada di bumi ini. Dalam hal lingkungan pabrik banyak memperlukan sumberdaya untuk bahan-bahan untuk memproduksi suatu barang,  suatu pabrik memproduksi itu proses-proses yang dapat mengeluarkan limbah-limbah pabrik asap atau berupa cairan yang mencemari lingkungan pabrik itu maupun bumi ini.
Lingkungan sekitar pabrik itu yang telah tercemar pasti merugikan mahluk hidup yang ada di sekitar pabrik itu khususnya manusia jika pabrik itu mengeluarkan berupa cairan pencemaran di sungai maka terjadi pemcemaran air contohnya air diminum oleh manusia akan mengakibatkan penyakit dalam atau pun luar dan hewan-hewan di dalam sungai akan mati dari mekaorganisme kecil sampe terbesar maka dari itu kita menjaganya.
Kasus pencemaran lingkungan akibat industri perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Walaupun sudah ditetapkannya peraturan perundangan tentang hal ini namun masih banyak saja para pengawas dan pelaksana peraturan yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Mereka dengan mudah menerima uang suapan dan membiarkan pabrik-pabrik yang membuang limbahnya ke daerah pemukiman warga.
          Kasus pencemaran udara yang terjadi akibat industri diakibatkan oleh pembuangan gas pembakaran mesin diesel dan gas sisa produksi yang dibuang melalui cerobong asap, namun dalam kasus ini cerobong asap yang dipergunakan sebagai saluran pembuangan sekaligus penyaringan udara sisa sebelum dibuang tidak memiliki spesifikasi yang baik dalam mengurangi polusi. Selain itu ketinggian dan kemiringan cerobong asap juga harus ideal sehingga udara sisa yang dibuang tidak mengenai lingkunngan tempat tinggal warga.
          Berbeda dengan kasus pencemaran udara, pencemaran air dan tanah dipengaruhi oleh pembuangan limbah yang dibuang ke sungai atau saluran air warga. Pencemaran ini diakibatkan juga oleh pengolahan dan sterilisasi limbah yang kurang baik sehinngga limbah yang dibuang ke sungai masih menggandung bahan-bahan logam maupun organik yang berbahaya. Bahan-bahan ini bukan hanya menggangu kesehatan warga namun juga dapat menganggu populasi hewan dan tumbuhan air serta dapat menyebabkan mutasi.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -– Lagi, persoalan limbah industri tekstil pada Sungai Citarum mendapat kecaman dari sejumlah pihak. Limbah industri yang langsung dibuang ke aliran sungai tanpa proses instalasi pengolahan limbah mengancam puluhan hektar sawah, penyakit kulit, hingga penurunan kuantitas listrik pada waduk sepanjang Sungai Citarum. Pencemaran itu terjadi di kawasan dekat hulu Citarum, di Kampung Balekambang, Majalaya, Kabupaten Bandung. Sejumlah warga mengaku pasrah terhadap pencemaran Pabrik tekstil di sekitar kawasan tersebut.Sejumlah petani di Balekambang, Majalaya, Kabupaten Bandung, mengaku mengalami kondisi terparah dari pencemaran limbah tujuh pabrik di sekitar kawasan Balekambang. “Banyak pipa-pipa saluran limbah yang bocor ke areal sawah, tak jarang banyak padi yang rusak,” ujar Ojang (60 tahun), warga Balekambang, kemarin. Air Sumur, kata dia, juga kotor mengakibatkan penyakit gatal dan diare.Menurut Ojang, keluhan ini telah seringkali disampaikan kepada pihak pabrik, namun tanpa ada itikad yang baik, kondisi ini terus terjadi hingga puluhan tahun. “mereka banyak sewa preman pabrik, kami tidak bisa berbuat apa-apa,” tambahnya.Penurunan kualitas air Sungai Citarum akibat limbah sampah dan sedimentasi juga mengakibatkan peningkatan biaya perawatan Pembangkit Listrik Tenaga Air Saguling. Total biaya perawatan perangkat waduk, mencapai Rp 1 miliar per tahun. “Sebab rata-rata, limbah yang tersaring berupa pasir dan material lain mencapai 4,2 juta meter kubik,” ungkap General Manager PLTA Saguling Eri Prabowo. Eri mengungkapkan, kondisi air citarum yang sangat tercemar, berdampak pada korosi bagian turbin waduk di Saguling.Ketua Komunitas Elingan Citarum, Deni Riswandana mengungkapkan, di kawasan Majalaya, sedikitnya terdata 139 indutri tekstil dan tenun yang membuang limbahnya langsung ke aliran Citarum. Deni menambahkan, secara luas, sekitar 1.500 industri yang berada di sekitar Daerah aliran Sungai Citarum , menyumbang 2.800 ton limbah untuk tiap harinya. “Semuanya merupakan limbah cair kimia bahan bahaya beracun (B3),” tegasnya.
pandangan dan kritik:
dalam perasalahan perindustrian banyak hal-hal negatif yang menyimpag yaitu pencemaran air yang dapat merugikan bagi kita dan mahkluk-makhluk air dan bisa megakibatkan penyakit yang dapat berbahaya
alanngkahbaiknya jika pediriann perinndustrian meminta surat keteragan lengkap pendirian yanng sah di tempat strategis agar tidak memiliki dampak yang negatif bagi masyarakat
seddangkan untuk para masyakat juga harus mempuyai kesiplinan juga agar membuannnng sampah pada tempatnya janngan sampai membuanng sampah kekali dan sungai akan mengakibatkan limah sampah yang berpengaruh untuk kehidupan kita sendiri 

sumber : http://lukmanp421.blogspot.com/2013/04/pencemaran-lingkungan-pabrik.html

http://m.republika.co.id/berita/nasional/lingkungan/12/06/29/m6d2y5-pencemaran-limbah-industri-di-citarum-makin-parah

INDUSTRI DAN DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN

Industri Tekstil dan Dampak Terhadap Lingkungan



Pakaian adalah salah satu kebutuhan pokok dan paling mendasar dari manusia. Dari usia bayi hingga lanjut usia manusia memerlukan pakaian. Seiring dengan berkembangnya zaman fungsi pakaian pun berubah yang tadinya hanya sekedar untuk menutupi tubuh dari segala cuaca seperti panas dan juga dingin, sekarang pakaian beralih fungsi menjadi kebutuhan style dan mode bagi masyarakat. Sejalan dengan perubahan fungsi pakaian tersebut industri tekstil pun mulai berkembang, sehingga di Indonesia industri ini mulai banyak. Dari yang berskala kecil atau home industri sampai ke skala yang besar yang mempunyai pabrik yang besar, mesin yang canggih, dan mempekerjakan hingga ribuan karyawan.

Berkembangnya industri tekstil ini memberikan beberapa dampak positif seperti :

  1. Memajukan perekonomian negara dan meningkatkan pendapatan pajak negara
  2. Membuka banyak lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar.
  3. Dengan berkembangnya industri akan menghasilkan persaingan dalam kualitas pakaian yang dihasilkan.
Namun disamping dampak positif tersebut industri tekstil juga memberikan dampak yang negatif pula. Terutama dalam masalah lingkungan yaitu limbah yang dihasilkannya. Limbah yang dihasilkan dalam proses produksinya terdiri dari beragam jenis. Limbah dalam bentuk yang padat disebut sebagai limbah sampah, limbah dalam bentuk cair seperti air kotor sebagai hasil buangan kegiatan cuci kakus atau disebut sebagai black water, dan air sisa atau buangan dari aktifitas produksi atau yang disebut juga dengan grey water.

Limbah yang dihasilkan oleh suatu pabrik tekstil biasanya merupakan buangan dari berbagai proses yang dilakukan dalam pembuatan tekstil. Proses itu dimulai dari proses pengkanjian hingga proses penyempurnaan. Ketika proses penyelesaian akan dilakukan proses pewarnaan pada tekstil. dalam proses inilah akan dihasilkan amoniak dalam kadar yang cukup tinggi yang dapat mencemari lingkungan terutama perairan jika proses pembuangannya tidak ditangani secara baik. Dalam pembuangannya biasanya industri tekstil melakukan pembuangan limbahnya ke sungai di daerah sekitar pabrik. 

Air sungai untuk saat ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar mengingat sulitnya mendapatkan air yang bersih di era modern ini. Apalagi bagi masyarakat yang tidak mampu membeli air bersih, tentu akan menggunakan air sungai tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai pun juga menggunakan air sungai untuk mandi, mencuci bahkan untuk memasak. Limbah pabrik tekstil yang dibuang ke sungai tentu mengandung zat warna yang digunakna untuk mewarnai kain yang diproduksi. Akan sangat berbahaya apabila pewarna kain yang digunakan untuk produksi tersebut bercampur dengan air sungai dan air tersebut digunakan untuk memasak. Hal ini tentu akan mengganggu kesehatan masyarakat yang mengonsumsi air sungai yang tercampur zat warna dari limbah pabrik tekstil tersebut.

Menyikapi hal ini pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup sudah menggulirkan sertifikasi ramah lingkungan untuk berbagai industri, termasuk tekstil. Namun, faktanya hingga kini belum ada satu pun industri tekstil yang mendapat predikat ramah lingkungan. Kendala utama dalam hal ini adalah belum adanya komitmen dari para pemilik usaha tekstil. Jika sudah ada komitmen, maka perusahaan akan bergerak ke industri ramah lingkungan. Untuk industri tekstil yang membutuhkan sumber daya air dan energi luar biasa, ramah lingkungan bisa diartikan penghematan air dan energi. Kemudian melakukan daur ulang limbah yang dihasilkan dan mengurangi efek rumah kaca.


Referensi

  1. http://www.bimbingan.org/dampak-polusi-akibat-pabrik-tekstil.htm
  2. https://faneniintan.wordpress.com/2013/03/25/pengaruh-zat-warna-limbah-tekstil-terhadap-air-tanah/
  3. http://www.tempo.co/read/news/2013/02/26/090463924/Industri-Tekstil-Dinilai-Tak-Ramah-Lingkungan
  4.  http://teguhmuhazir.blogspot.com/2015/01/industri-tekstil-dan-dampak-terhadap.html